Saling Mengingatkan

Istilah tadarus sering kita dengar saat bulan Ramadhan, tadarus di sini diartikan sebagai membaca Al-qur’an. Kegiatan tadarus bisa dilakukan sendirian saat di rumah, kantor, mushola ataupun secara bersama-sama di masjid.

Sedangkan secara bahasa, tadarus berasal dari asal kata darosa-yadrusu, yang artinya mengkaji, mempelajari, meneliti, menelaah, dan mengambil pelajaran. Lalu ditambahkan huruf ta’ menjadi tadaarosayatadaarosu, maka maknanya menjadi saling belajar atau mempelajari secara lebih mendalam.

Pada artikel kali ini tema yang akan dibahas adalah tadarus dengan makna sebenarnya, dimana intropeksi diri saling mengingatkan antar sesama muslim merupakan sebuah kebaikan, seperti halnya firman Allah SWT. berikut :

“Demi masa. Sesungguhnya manusia benar-benar dalam keadaan merugi. Kecuali orang-orang yg senantiasa beriman dan beramal saleh dan saling menasehati di dalam kebenaran dan menasehati dalam kesabaran”. (QS.Al-Asr: 1-3).

Berikut ada beberapa perilaku yang dapat kita contoh dalam proses intropeksi diri ataupun memberikan nasehat kepada sesama muslim.

Pertama, santunlah agar didengarBerbuat baik dan memiliki sopan santun merupakan Akhlak Nabi Muhammad SAW. Beliau selalu mengajarkan kita untuk berbuat baik kepada siapapun tak terkecuali orang yang memusuhi kita. Berbuat santun kepada orang lain saat memberikan nasehat atau mengajak kedalam kebaikan juga lebih didengar oleh orang lain dari pada yang mengajak dengan perilaku kasar. Seperti halnya firman Allah berikut.

“Ajaklah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan HIKMAH (bijak) dan dengan bahasa dan nasehat yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang terbaik”. (QS. An-Nahl: 125)

Kedua, janganlah mencaci agar tidak dicaci. Bukti tingginya akhlakul karimah Rasulullah dapat kita lihat pada saat Nabi Muhammad SAW. dicela, dilempari batu oleh Kaum Thaif hingga wajahnya berlumuran darah. Tetapi apa yang dilakukan beliau untuk melawannya? Ya, beliau malah mendoakan kebaikan atas kaum Thaif.

“Dan janganlah kamu memaki sesembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti juga akan memaki Allah dengan cara melampaui batas sedang mereka tidak tahu. Demikianlah, Kami jadikan setiap umat menganggap baik perbuatan mereka. Kemudian kepada Tuhan tempat kembali mereka, lalu Dia memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat”. (QS. Al-An’am: 108)

Sebagai umat beliau sudah seharusnya kita meneladani sifat-sifat beliau, selain karena sifat beliau yang tinggi. Sifat beliau juga merupakan Al-qur’an.

Ketiga, jadilah pemaaf agar dicintai. “Maka berkat rahmat Allah, engkau mampu berperilaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawaralah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang  bertawakkal”. (QS. Ali ‘Imron: 159)

Dalam ayat tersebut juga dapat diambil kesimpulan bahwa yang semua kita miliki merupakan rahmat dari Allah SWT. yang maha pemaaf. Sudah sepantasnya juga sebagai makhluk Allah mempunyai sifat saling memaafkan antar sesama manusia. Bukan pernyataan baru kalau sering mendengar bahwa memaafkan itu bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan tapi kewajiban kita untuk mencobanya hingga sifat pemaaf menjadi sebuah karakter bagi diri kita.

Ya Allah…

Ampunilah,  rahmatilah, sayangilah, lindungilah dan anugerahilah kami kemampuan untuk selalu berlaku bijak dan menjadi tauladan baik bagi semua. Allahumma Aamien… (*)

Oleh : KH. Agung Cahyadi, Lc.MA. (Dewan Penyantun STIDKI Ar-Rahmah Surabaya)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

four × 4 =

Scroll to Top