Sungguh kehidupan kita di dunia ini telah diatur Allah SWT, dari hal kecil hingga besar, dari urusan mau tidur hingga urusan ekonomi. Pada mulanya setiap kita pasti punya sifat jahiliyah. Karena memang tujuan diutusnya Rasul adalah untuk menghilangkan sifat-sifat jahiliyah tersebut dan terwarnai oleh Al-Islam.
Dalam Al Qur’an ada 4 kata jahiliyah, dan rahasia di balik itu luar biasa, karena bila kita tidak bisa menghilangkan sifat-sifat jahiliyah tersebut dipastikan manusia akan tergelincir akidah dan kehidupannya sehingga tak akan bisa merasakan lagi indahnya Al-Islam itu.
Salah satu dari 4 sifat jahiliyah tersebut, sebagaimana Allah tegaskan dalam QS. Ali Imron 154: “Kemudian setelah kamu berdukacita, Allah menurunkan kepada kamu keamanan (berupa) kantuk yang meliputi segolongan dari pada kamu, sedang segolongan lagi telah dicemaskan oleh diri mereka sendiri, mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliyah. Mereka berkata: “Apakah ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini?”. Katakanlah: “Sesungguhnya urusan itu seluruhnya di tangan Allah”. Mereka menyembunyikan dalam hati mereka apa yang tidak mereka terangkan kepadamu; mereka berkata: “Sekiranya ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini, niscaya kita tidak akan dibunuh (dikalahkan) di sini”. Katakanlah: “Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu keluar (juga) ke tempat mereka terbunuh”. Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui isi hati.”
Ini menyangkut prasangki jahiliyah kita yang berkaitan dengan sikap dan etika kita kepada Allah. Sejarah membuktikan prasangka buruk terhadap Allah terjadi misalnya pada perang Uhud. Ketika berperang menghadapi musuh yang jumlahnya 7000 orang, pasukan muslim semula 1000 orang ternyata menjadi 700 orang. Yang 300 mundur, karena punya prasangka buruk kepada Allah. Pasukan yang 700 maju semata-mata demi jihad, mencari kematian yang mulia, tidak mencari urusan dunia seperti harta papas an perang misalnya. Sosok Abu Dujanah adalah sosok yang gigih dalam perang yang luar biasa tersebut. Mereka maju dan tak merasa lemah mengejar musuh.
Sementara pasukan yang menarik diri karena merasa ragu-ragu dan berprasangka buruk kepada Allah. Mereka tidak punya harapan, sebaliknya pasukan yang maju bertempur berpengharapan akan akhirat yang lebih kekal.
Di jaman sekarang pun begitu. Dengan segala cara kaum munafikin tersebut berupaya agar shaf kaum muslimin menjadi tercerai-berai. Meskipun berjubah tapi mereka sebenarnya melemahkan. Kalimat yang mereka lontarkan juga tidak mensupport tapi melemahkan. Mereka kadang membuat forum-forum yang melemahkan semangat ber-Islam.
Karena itu janganlah salah prasangka kepada Allah, seolah-olah Allah tidak sayang kepada hamba-Nya, seolah-olah Allah tidak akan mendengarkan doa-doa kita, seolah-olah Allah sudah murka dan seterusnya. Jangan, sekali-kali jangan, sebab sesungguhnya kemarahan Allah dikalahkan dengan kasih sayang-Nya. (Sumber: Kajian Ar-Rahmah Surabaya)