Gambar Berita
21 May 2025 Berita

Da'wah di Negri Sakura : Inspirasi Mahasiswa STIDKI Ar Rahmah Memakmurkan Masjid di Jepang

 Empat mahasiswa STIDKI Ar Rahmah Surabaya — Alvin Dwi Rianto, Fahmi Muafa, Abid Ahsan, dan Fuad Hasan — mengawali perjalanan magang dakwah mereka di Jepang sejak 9 Februari 2025 hingga pertengahan Juni mendatang. Perjalanan ini bukan sekadar pengalaman akademik, melainkan misi dakwah yang sarat tantangan dan pembelajaran budaya. 

 Mayoritas masyarakat Jepang menjalankan ajaran Shinto, sebuah aliran spiritual yang tidak tergolong agama formal, melainkan sistem kepercayaan yang sangat menekankan etika seperti kejujuran, disiplin, dan rasa hormat pada lingkungan. “Dalam Shinto, segala sesuatu dianggap sebagai bagian dari kekuatan ilahi yang harus dilayani dengan sepenuh hati, misalnya saat menanam tanaman,” ujar Fuad. 

Pendekatan dakwah di Jepang menuntut keteladanan akhlak, karena umat Islam di sana didominasi oleh pendatang yang masih relatif kecil jumlahnya. “Kami sadar, Islam harus dibangun dengan akhlak yang mulia agar bisa diterima masyarakat yang sangat kental budaya Shintonya. Di sini, umat Islam terutama jamaah tabligh dari IPB dikenal keras, sehingga penting sekali menyesuaikan cara berdakwah dengan budaya lokal,” Ujar Abid. 

 Masjid di Jepang menjadi pusat budaya sekaligus ‘oase spiritual’ bagi komunitas Muslim minoritas. Namun pengaruh masjid masih terbatas di tengah dominasi kuil-kuil tradisional. Empat masjid Nusantara yang tersebar di Tokyo (Akihabara), Hokkaido, dan Niigata menjadi contoh nyata bagaimana komunitas Muslim bertahan. 

Menariknya, manajemen masjid-masjid ini berjalan unik: pengelolaan sepenuhnya ditopang oleh perusahaan-perusahaan Indonesia yang berdomisili di Jepang sebagai donatur tunggal. “Masjid Nusantara tidak punya kas sendiri, semua operasional dan biaya gedung ditanggung oleh perusahaan, sementara infak jamaah dialokasikan untuk biaya lain,” jelas Fuad.

 Hambatan bahasa menjadi kendala utama dalam berdakwah di Jepang. Sebagian besar jamaah di masjid adalah turis internasional, sehingga bahasa Inggris menjadi alat komunikasi utama. “Di Akihabara, pusat anime dan elektronik, kami harus memaksimalkan bahasa Inggris untuk menjangkau jamaah yang beragam,” ujar Fuad. 

Sholat Jumat dan hari raya Idul Fitri dijalankan dalam beberapa kloter, menyesuaikan dengan jumlah jamaah dan keterbatasan tempat. Ini menunjukkan betapa dinamis dan kompleksnya komunitas Muslim di Jepang. 

 Tokoh lokal seperti Ahmad Maino Sensei dikenal aktif menggaungkan sholawat dalam bahasa Jepang, memberikan warna tersendiri bagi dakwah Islam di negeri Sakura. 

Para mahasiswa magang tidak hanya berperan sebagai imam, muadzin, dan pengajar Al-Qur’an, tetapi juga menjalankan fungsi sebagai marbot masjid, menjaga kelancaran kegiatan ibadah dan komunitas. 

 Pengalaman dakwah di Jepang bagi Alvin, Fahmi, Abid, dan Fuad bukan hanya soal mengajar dan memimpin ibadah, tapi juga memahami, menghormati, dan beradaptasi dengan budaya serta nilai-nilai setempat. Kisah mereka mengingatkan kita bahwa dakwah adalah seni menjembatani perbedaan dengan akhlak mulia dan kesungguhan hati. 

 

STIDKI AR RAHMAH logo STIDKI
AR-RAHMAH

Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah dan Komunikasi Islam Ar Rahmah Surabaya

Jl. Teluk Buli I No. 3-5-7, Perak Utara, Kec. Pabean Cantian, Surabaya

Kontak

Copyright © 2025 STIDKI AR-RAHMAH || All Rights Reserved