ARTIKEL SPECIAL : HARI KARTINI

Segala puji bagi Allah Rabb alam semesta yang telah menjadikan segala sesuatu di dunia ini berpasang-pasangan sehingga karenanya alam raya berjalan dengan seimbang, menjadikan alam raya ini tempat  yang layak bagi manusia yang diamanahi untuk memakmurkannya. Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Karena beliaulah kita bisa memahami hakikat hidup dan kehidupan, bagaimana bertingkahlaku yang benar, baik kepada sesama manusia, kepada alam raya terutama kepada Sang Pencipta alam.

Keberadaan wanita dalam hidup ini sengaja diciptakan Allah untuk menjadi pasangan hidup bagi laki- laki. Masing-masing gender ini diciptakan dengan karakter khasnya baik fisik maupun non-fisik sehingga masing-masing memiliki kecenderungan yang khas dan saling mengisi. Sungguh suatu karunia yang tiada ternilai. Saat laki-laki masih sendiri betapa dia sangat membutuhkan tangan- tangan lembut wanita untuk mencukupkan segala kekurangannya. Sebaliknya saat wanita masih sendiri juga membutuhkan tangan-tangan perkasa laki-laki untuk mencukupkan segala kekurangannya. Demikianlah peranan wanita secara umum dalam islam yang tentu apabila dirinci memerlukan tulisan berjilid – jilid buku.

Cara pandang mengenai peranan wanita dalam kehidupan akan mempengaruhi bagaimana seseorang memperlakukannya. Saat ini selalu kita diminta agar mengakui kesamaan gender, hanya pemahaman mengenai kesamaan gender ini dipahami dengan pemahaman mereka yang tidak berasal dari nilai-nilai Islam sehingga mengabaikan hal-hal yang sifatnya sudah menjadi qadha dan qadar Allah seperti karakter-karakter khas dari masing-masing gender tersebut. Seperti wanita ikut olah raga tinju, angkat berat dan lainnya yang identik dengan aktivitas laki-laki mereka tidak persoalkan karena atas nama kesetaraan gender. Di ranah kepemimpinan yang memimpin berbagai organisasi, karena kesetaraan gender menjadi alasan pembenar bahwa seorang wanita bisa berada di sana.

Pada prinsipnya peranan seorang wanita dalam kehidupan adalah setara dengan laki-laki, amaliyah kebaikan bagi laki-laki pahalanya juga sama akan didapat oleh seorang wanita yang melakukannya juga, namun karena memang karakteristik yang berbeda sejak dari awalnya maka peran wanita akan sangat optimal jika berada pada lini yang akan mengoptimalkan karakter dasarnya sebagai seorang wanita.

Karakter lembut, sabar, penuh perhatian, penyayang, fisik yang lebih lemah dari laki- laki dan seterusnya, merupakan sesuatu yang sunnatullah dan tidak dimiliki secara mutlak oleh laki-laki. Karenanya peran sebagai pendamping laki-laki yang akan menenangkan kehidupan suaminya, sebagai ibu yang mendidik anak-anaknya menjadi hamba Allah yang taat, merupakan ranah amal yang utama bagi wanita dan mendapat pahala yang sangat besar, bahkan lebih utama seorang ibu daripada seorang ayah dalam hal ketaatan seorang anak kepada orang tuanya. Karenanya proses pendidikan wanita baik melalui formal maupun non formal termasuk melalui pengalaman beraktivitas, seharusnya mampu mengoptimalkan karakter dasar dari wanita. Sebaliknya juga hal ini berlaku bagi laki-laki.

Proses pendidikan atau pengalaman aktivitas yang bertentangan dengan karakter dasar dari baik laki-laki maupun perempuan akan menyebabkan awal rusaknya berbagai keseimbangan dalam tatanan kehidupan yang ada. Berbagai penyimpangan karakter jaman sekarang seperti laki-laki yang berperilaku seperti perempuan atau sebaliknya semakin banyak dan hal ini sungguh merupakan kerusakan kehidupan yang serius.

Tanggung jawab laki-laki dan perempuan menjadi terbolak-balik sehingga peran sentral masing – masing menjadi kacau, maka tak heran banyak kita jumpai sekarang laki-laki yang dengan tanpa malu-malu menggantungkan kehidupannya kepada perempuan. Perempuan “menguasai “ laki-laki, perempuan “berani” kepada suami atau sebaliknya karena pandangan yang terlalu mendewakan laki-laki sehingga memandang perempuan seolah tidak memiliki “nilai” sehingga mereka menjadi obyek kekerasan.

Pada momen hari Kartini ini kita memaknainya dengan mengembalikan peran wanita pada perannya yang setara dengan laki-laki dalam hal amal-amal kebaikan, menuntut ilmu, menghargai mereka karena mereka bukan manusia kelas 2 akan tetapi mereka adalah pasangan dalam kehidupan yang berpasang-pasangan ini yang semua itu dibingkai dengan nilai-nilai Islam. Maka kehidupan yang harmonis, nyaman, tenteram bagi setiap anak manusia insyaaAllah akan diraih. Allahu A’lam. (*)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

four × three =

Scroll to Top